Habis nonton film Muhammal Al Fatih, melihat filmnya yang begitu bagus jadi penasaran ingin membaca buku biografinya. Pas mencari info tentang buku biografinya saya menemukan informasi bahwa Sultan Muhammad Al Fatih pernah memberikan wasiat kepada putranya sesaat sebelum beliau wafat karena diracun, berikut wasiat tersebut :
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيم
“Aku sudah diambang kematian. Tapi aku berharap aku tidak kawatir, karena aku meninggalkan seseorang sepertimu. Jadilah seorang pemimpin yang adil, shalih dan penyayang. Rentangkan pengayomamu untuk rakyatmu, tanpa kecuali, bekerjalah untuk menyebarkan islam. Karena sesungguhnya itu merupakan kewajian para penguasa di muka bumi. Dahuluklan urusan agama atas apapun urusan lainnya. Dan janganlah kamu jemu dan bosan untuk terus menjalaninya. Janganlah engkau angkat jadi pegawaimu mereka yang tidak peduli dengan agama, yang tidak menjauhi dosa besar, dan yang tenggelam dalam dosa. Jauhilah olehmu bid’ah yang merusak. Jagalah setap jengkal tanah islam dengan jihad. Lindungi harta di baitul maal jangan sampai binasa. Janganlah sekali-kali tanganmu mengambil harta rakyatmu kecuali dengan cara yang benar sesuai ketentuan islam. Pastikan mereka yang lemah mendapatkan jaminan kekuatan darimu. Berikanlah penghormatanmu untuk siapa yang memang berhak.”
“Ketahuilah, sesungguhnya para ulama adalah poros kekuatan di tengah tubuh negara, maka muliakanlah mereka. Semangati mereka. Bila ada dari merekayang tinggal di negeri lain, hadirkanlah dan hormatilah mereka. Cukupilah keperluan mereka.”
“Berhati-hatilah, waspadalah, jangan sampai engkau tertipu oleh harta maupun tentara. Jangan sampai engkau jauhkan ahli syari’at dari pintumu. Jangan sampai engkau cenderung kepada pekerjaan yang bertentangan dengan ajaran islam. Karena sesungguhnya agama itulah tujuan kta, hidayah itulah jalan kita. Dan oleh sebab itu kita dimenangkan.”
“Ambilah dariku pelajaran ini. Aku hadir ke negeri ini bagaikan seekor semut kecil. Lalu allah memberi nikmat yang besar ini. Maka tetaplah di jalan yang telah aku lalui. Bekerjalah untuk memuliakan agama islam ini, menghormati umatnya. Janganlah engkau hamburkan uang negara, berfoya-foya, dan menggunakannya melampaui batas yang semestinya. Sungguh itu semua adalah sebab-sebab terbesar datangnya kehancuran.”
Membaca wasiat tersebut begitu menggetarkan hati sampai-sampai sempat meneteskan air mata karena saya merasa jauh dari wasiat tersebut. Begitu dekatnya beliau terhadap agama sampai seperti itu beliau berwasiat, apalagi dalam sejarah juga dijelaskan jika beliau tidak pernah meninggalkan shalat wajib, tahajud & rawatib sejak baligh hingga saat beliau wafat. سبحان الله Semoga dengan menuliskan kembali wasiat tersebut di diary digital ini bisa menjadi pengingat bagi saya untuk selalu mengedepankan agama dan jika diberi kesempatan untuk menjadi pemimpin (walau di lingkungan kecil) saya bisa menerapkan wasiat tersebut AMIN.